Jumat, 21 Mei 2010

Part 17 : "Sepi Tanpamu Sedih Tanpa Hadirmu"




Pagi hari di rumah sakit Siloam Tangerang, ternyata gw tidur dan dibangunkan mas Ghatan, "muk, bangun cuci muka sana,?" ucap mas Ghatan membangunkan gw, Gw langsung melihat keadaan ruangan "Arie.. mana,?" Gw melihat di tempat tidur sudah gak ada, "Itu dah didalam Ambulance mau dibawa pulang, Yuk.. naik Mobil Mas Ghatan aza," gw langsung ikut apa kata mas Ghatan, gw naik mobil dia dan mengiringi mobil Ambulance tersebut. suara mobil ambulance terdengar diperjalanan yang mengelilingi ruas jalan, aku yang berada di belakng dengan mobil mas Ghatan hanya bisa memandang sedih, Air mata gw sedari tadi terus membasahi. "Udahlah Mukti, jangan nangis terus, kalau kamu sedih, almarhum juga akan sedih liat kamu," ucap Mas Ghatan yang sembari menyetir mobil. "Iya Mas.... tapi ini semua salah Arie, salah Arie ...!! coba kalau Arie gak minta dia jemput.. pasti ..." ucap gw terpotong dengan suara mas Ghatan "Udah.. Tuhan emang berkendak lain, ya sudah Ridhoi saja," Tangan kiri Mas Ghatan membelai rambut gw, dan Tangan kanannya mengendalikan setir.

Akhirnya sampai juga di kediaman Rumah Arie, disana keluarga dan sanak saudara terdekat sudah ramai, ustadt dan Haji-haji sudah berkumpul tuk mendo'akan sang jenazah, gw turun dari mobil sambil mengiringi Jenazah Arie masuk ke dalam.
tak lama kemudian banyak orang yang melayat, mendoakan, dan sebagainya, hingga rumah Aripun menjadi ramai, gw saat itu melihat nyokapnya masih menangis, gw cuma bisa merasa bersalah pada diri gw, (kenapa ini semua terjadi)

Waktu sudah hampir siang, jenazah akan dikebumikan, Tapi gw meminta mas Ghatan jemput nyokap gw kesini, soalnya dia kepingin melayat juga, Mas Gahtan pergi menjemput nyokap gw, dan gw masih dirumah Arie sambil menemanyi nyokapnya yang sedang berduka, "Sabar Bu yach, mukti juga sedih.. ini semua Gara-gara Mukti bu," Ucap gw sesekali terus merasa bersalah, "Udah lah Mukti, ini semua sudah takdir!" jawab nyokapnya sambil menyambung tangisannya kembali,

Walaupun baru sehari Arie gak ada dirumah ini, namun bayang-banyang dia sudah gw rasakan, seakan rumah ini sepi tanpa dia, terlebih dengan hati gw yang kiat tak tersenyum lagi. sesaat kemudian nyokap gw datang dengan Mas Ghandi, kemudian nyokap gw menghampiri nyokapnya Arie dan mengajak dia ngombrol dan menghiburnya.
Setelah semua kain kafan dibalut ditubuh jenazah, kemudian jenazah diberangkatkan untuk dikebumikan, di Tanah Kusir Jakarta Arie akan di kebumikan, kenapa begitu jauh... karena disana lebih dekat dengan keluarganya, Pamannya, dan Neneknya, jadi lebih dekat dan makam bisa dirawat setiap saat.

*****

Mobil jenazah dijalankan, gw dengan mas Ghatan, sedangkan nyokap gw dengan nyokapnya Arie, sesampainya di TPU Tanah Kusir - Jakarta, Tanah merah sudah siap dengan lubang yang masih terlihat baru, dan jenazahpun dimasukan keliang lahat, perlahan dikit-demi sedikit tanah dikuburkan keliang lahat tersebut. dan saat itu pula hati gw sedih sekali melihat semua itu, kini dia gak bakalan lagi kembali, gak bakalan lagi menemani hari-hari gw, dan gak bakalan ada disisi gw, gundukan tanah telah jadi bunga-bunga sudah ditaburkan, kini lengkap sudah Kuburan Alm Arie Deni Mulyana. kuburan itulah yang menutup kisah lebaran cinta gw denganya.

satu, satu, pelayat meninggalkan makam tersebut, tinggal gw Ghatan, Nyokap dan Keluarga Arie, "Muk, ayoo kita pulang hari sudah mau sore,?" Ucap nyokap arie bersama nyokap gw yang mengajak gw pergi dari makam tersebut, "Tar saja Bu, Mukti mau disini dulu, tar pulang biar bareng sama Mas Ghatan!" ucap gw sambil mengusap-usap tanah kuburan tersebut. "Ya sudah kami semua pulang duluan ya, Assalamu alaikum" ucap nyokap dan keluarga arie

Kini tinggal gw dan Mas Ghatan yang ada ditengah kuburan tersebut "Udah lah Muk, jangan ditangisi, mana senyum kamu, tentunya Arie juga akan senang jika kamu bisa Tersenyum," Usap mas Ghatan disamping gw "Gak secepat itu Mas, dia terlalu baik buat Mukti, terlalu sayang, Mukti gak bisa lupain begitu aza, kalau tanpa dia, buat apa Mukti hidup mas... buat apa ...?" Jeritan hati gw tersiak kembali. "Masa depan kamu masih panjang, kamu masih punya Nyokap kamu yang menyayangi, teman-teman, dan masih ada Mas disini!!" perlahan gw pun mengusap Air mata gw, mencoba tuk bisa menarik senyum kembali, dan setelah itu gw pun pergi meninggalkan kuburan itu, yach... walau seakan kuburan itu terus manarik gw tuk tetap disana, namun hati cuma bisa berdoa, semoga Arie bisa tenang di alam sana. Amie ...!!

*****

Sehari berlalu, dua hari ini batin gw masih terasa sedih tuk melupakan Arie, tidur gak enak, makan gak enak, yang ada di kamar gw selalu menangis dan menangis, nyokap gw hanya bisa memandang gw sedih, mungkin sidih karena anaknya terus menerus mengurung diri dikamar, sore itu suara mobil berhenti dipekarangan "Assalamu alaikum" terdengar jelas pasti suara arie "Walaikum salam" Nyokap gw membukakannya, "Eh ibu, ow ya ini ada oleh-oleh, oh ya Mukti mana Bu,?" terdengar mereka mengobrol berdua, "Itu dikamar, Aden masuk aza sana, dari tadi ibu suruh keluar gak mau, Makasih ya Den, oleh-olehnya!!" ucap nyokap gw. "Rie, ... Rie....!?" Suara ketuk pintu dikamar gw, gw langsung membukakannya, dan kembali berbaring uring-uringan di Ranjang. "Kenapa, sudah lah.. jangan sedih terus...!! ini Mas bawa makanan kesukaan kamu, Siomay Bandung, pasti kamu belum makan kan," Ucap Mas Ghatan mengibur gw sambil membuka makanan yang dia bawa, yang dibungkus dengan rapih. gw hanya bisa diam dan diam, "Nah ... ini, Gak apa-apa kan Mas suapin?" mas Ghatan menyendok Siomay tersebut dan diberikannya kepada gw, saat itu gw lihat wajahnya begitu tulus terhadap gw, kenapa ... kata-kata itu seperti pernah di ucapkan sama dengan Arie. akhirnya gw pun mau disuapin oleh mas Ghatan, walau sedikit perasaan gw merasa canggung.

Seharian itu mas Ghatan menghibur di kamar gw, sampai dia pamit pulang, Semenjak gak ada Arie, sikap Mas Ghatan sangat turun drastis sama gw, kasih sayangnya, cintanya, seakan sepenuhnya dia berikan ama gw, sayang dia udah beristri kalau belum...(kalau belum kenapa ya.. ehhehe)
Mas Ghatan pamit pulang, dengan satu permintaannya "Tersenyumlah untuk semua" yach.. makna yang bagus, gw harus bisa tersenyum untuk semua, gak ada gunanya gw bersedih, dan gak ada gunanya gw berduka... lalu... apa gw bisa... !!

Malam hari cuaca terang gw minta pamit sama nyokap gw mau pergi keluar, nyokap gw mengizinkan, dengan satiu permintaan jangan pulang terlalu malam, gw pun pergi dengan pakaian jaket Alm Arie yang sempat di tinggalkan di kamar gw, yach... banyak sekali barang-barang dia di kamar, yach.. karena semenjak gw di Jakarta dia tinggal dirumah gw, terlebih dia sudah dianggap anak sendiri oleh Nyokap gw, malam itu dingin gak begitu terasa, dengan jaket yang tebal gw mencoba menerpa semua itu, gw pun memesan Ojek dan menyuruhnya mengantarkan gw ke Taman Ubud, yach.. gw malam itu ingin makan di Cafe Ubud, dimana dulu gw sering kesitu bersama Arie, yach... hitung-hitung gw mengenang kisah-kisah gw dulu bersamanya di cafe ubud.

di langganan kedai gw pesen Es Durian dan Siomay, setelah semua tersajai sang penjual bertanya "Tumben sendiri, temannya yang satu lagi kemana?" gw hanya diam terpaku dan tersenyum "Dirumah gak ikut!" jawab gw berbohong sambil menyerubut es durian, kok bisa .. ini terjadi. terkenang saat gw minum es dia ada disamping gw, tersenyum, bercanda dan ...!!! ach.. sulit sekali bayang-banyang itu terlupakan.
makanan telah habis gw santap, gw langsung membayar dan bergegas pergi, malam sudah menunjukan pukul 20.53 wib sebentar lagi jam 9 malam, langsung saja gw mencari tukang ojek untuk bisa mengantar diriku pulang.

Diperjalanan angin dingin mulai terasa, menembus jaket walaupun setebal mungkin, gw kedinginan andai gw naik motor dengan Arie mungkin gw dah mendekapnya, sayang... gw naik sama Bapak-bapak tukang ojeng, ihihh masa gw harus meluk dia, a...a...a.. lagi-lagi nama dia yang selalu kusebut, Arie, Arie, Arie, dan Arie... kenapa Tuhan begitu cepat ambil nyawa dia, sesampainya gw rumah gw langsung masuk kamar dan tertidur, gak biasanya gw tidur jam segitu, menurut gw terlalu cepat, nyokap gw lagi menikmati sajian Televisi diruang tamu, sedang kan gw sedang berbaring di kamar tidur, mudah-mudahan malam ini gw bisa melupakan Arie dengan cepat. sungguh hening malam itu, suara kodok, jangkir dan kumbang-kumbang malam menyelimuti sekeliling kamar gw, di tambah suara detakan jam dinding yang seakan jelas gw dengar, perlahan-lahan gw memandang langit-langit kamar, disana gw lihat wajah Arie tersenyum melihat gw, gw hanya bisa menangis ternyata gw gak bisa lupain dia, I love you Rie,........

______________

"Saat semua pergi dari kedupan ini, dan meninggalkan bayang-bayang sepi, tau kah satu hal, bahwa bayang-bayang itu tak mungkin kan kembali"

<<<< Sebelumnya

Berikutnya >>>>

Label: , , , , ,

 0 Comments:

Posting Komentar

Kritikan, caci maki dan lain2 boleh saja dan akan saya tampung semua dan itu saya harapkan untuk bisa saya koreksi diri, tapi ingat adab mengkritik berikan alamat blog/web anda yang jelas dan kalau tidak punya blog berikan email yang bisa dihubungi......makasih semuanya...

Terima kasih atas komentarnya ^_^

<< Home